Setelah lama vakum dari blog ini maka saya akan mencoba menghidupkan kembali halaman ini. Postingan ke depan mungkin akan banyak yang random mulai dari dunia teknik, persemenan, review buku, dan lain sebagainya, tetapi saya berharap semoga tetap bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita. Berikut salah satunya tentang bagaimana kita memahami soal kualitas/mutu.
Bermula saat kita menarik nafas pertama kali di dunia
hingga sampai detik terakhir menghembuskannya, manusia selalu bersinggungan
dengan berbagai macam tingkat mutu atau juga disebut kualitas. Mulai dari mutu
pelayanan saat persalinan hingga kualitas peti mati yang digunakan untuk
meletakkan jasad yang terbujur kaku. Hal yang disebut mutu ini selalu melekat
dengan barang ataupun jasa yang dihasilkan oleh orang lain dan mahluk lain.
Namun yang sering membuat kita lengah adalah kita hanya merasa sebagai penikmat
mutu dari perbuatan mahluk lain dan tidak menyadari bahwa diri kita ini juga
menghasilkan mutu dari apa yang kita lakukan untuk dirasakan mahluk lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mutu/kualitas
adalah (ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat (kepandaian,
kecerdasan, dan sebagainya). Sementara menurut saya pribadi mutu/kualitas adalah hubungan antara
ekspektasi seseorang terhadap sesuatu (barang atau jasa) dengan kenyataan yang
dia rasakan, penilaian ini bisa bersifat personal maupun universal. Dimaksud
personal karena ekspektasi setiap orang terhadap suatu hal tidak lah sama,
misalkan seorang selebritis mampu membeli tas kulit asli dengan harga yang
sangat mahal sementara orang biasa hanya mampu membeli KW-nya. Namun, keduanya
merasa kualitas tas tersebut memenuhi ekspektasi masing-masing dan menyebut
tasnya sama-sama memiliki kualitas yang baik. Bersifat universal berarti
ekspektasi orang kebanyakan terhadap suatu hal memiliki tingkat yang sama,
misalkan semen yang dihasilkan oleh suatu perusahaan diharapkan memiliki
kualitas yang sama oleh para pelanggannya meskipun diproduksi dari pabrik di
lokasi yang berbeda. Maka dari itu dibuat standar seperti ASTM ataupun Standar
Nasional Indonesia (SNI) untuk melindungi pelanggan agar tetap mendapatkan
produk yang baik.
Urusan mengenai kualitas ini sangat vital peranannya
di dunia industri. Perusahaan-perusahaan besar seperti Toyota, Samsung, Apple,
Google, Honda, KFC, dan McD mampu meraih keuntungan yang besar dikarenakan
mampu memberikan kualitas produk yang baik bagi para pelanggannya serta menjaga
kualitas tersebut tetap stabil dalam segala kondisi. Sementara itu,
perusahaan-perusahaan baru yang mampu mengalahkan perusahaan incumbent juga melalui kualitas dari
produk yang mereka berikan melebihi dari pesaing sebelumnya, contohnya GoJek
dan juga Traveloka yang mampu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya sesuai perkembangan jaman.
Bagi perusahaan yang memperhatikan soal kualitas
produk yang dihasilkannya minimal mereka akan memiliki bagian jaminan mutu,
layanan pelanggan, dan litbang untuk meminimalisir produk cacat,
mengidentifikasi keluhan pelanggan, serta peningkatan mutu dan inovasi produk.
Namun dengan kondisi persaingan yang semakin ketat maka tiap perusahaan
melakukan manuver-manuver untuk dapat memenangkan kompetisi tersebut. Banyak
dari mereka mengembangkan manajemen kualitasnya sendiri atau menyewa konsultan
untuk membantu menangani permasalahan mereka sehingga dapat meningkatkan market
share dan juga laba. Berikut ini saya mengutip salah satu paragraf pada artikel
di jakartaconsultinggroup.com mengenai manajemen kualitas:
” Dalam
pendekatan manajemen kualitas terdapat evolusi yang setidaknya melewati empat
tahapan. Pertama bertumpu pada pengembangan produktivitas dan penurunan biaya
dengan menyodorkan studi gerak waktu dan analisa statistik sederhana. Kemudian
dilanjutkan dengan pengembangan kualitas berkesinambungan yang mengandalkan
just in time, quality control circle, dan beberapa inisiatif lainnya seperti,
IQI, SPC, dan SS yang berfokus kepada efisiensi biaya. Berikutnya adalah Total
Quality Management dengan sederet inisiatif seperti TBW, AMP, PDCA, EOS, dan
lain-lain. Fokus yang dipilih adalah pengembangan proses dan kesinambungan. Dan
terakhir yang banyak dibicarakan adalah Six Sigma dengan inisiatifnya green
belt, black belt, master black belt, dan DMA/C. Fokusnya sangat jelas: making
money”
Jujur saya sangat asing dengan istilah-istilah diatas.
Akan tetapi satu hal yang saya ketahui bahwa keberhasilan dari implementasi
kegiatan manajemen kualitas tersebut sangat tergantung pada pelaksananya, yaitu
karyawan perusahaan tersebut. Sehingga apabila para pemimpin perusahaan hendak
melakukan suatu gerakan untuk membenahi manajemen mutu, tetapi karyawan
perusahaan tersebut tidak peduli terhadap mutu maka langkah itu akan sia-sia
belaka. Berikut ini beberapa masukan yang dapat diterapkan para pemimpin
perusahaan untuk meningkatkan kepedulian karyawan terkait mutu:
1. Berikan teladan terkait budaya perusahaanKetika
hendak mencapai suatu tujuan, maka kepala ular dahulu yang bergerak baru diikuti
oleh badan kemudian ekornya. Begitulah perumpamaan ketika seorang pemimpin
ingin mencapai tujuan tertentu maka dialah orang yang pertama harus memberikan
contoh bagi pengikutnya. Untuk dapat melaksanakan manajemen kualitas yang
berhasil maka diperlukan pondasi berupa budaya perusahaan yang kokoh dan senada
dengan visi perusahaan. Budaya tersebut bukan hanya menjadi kata-kata mutiara
yang tertempel disetiap jengkal dinding gedung tetapi harus menjadi gerak nafas
dari setiap karyawannya. Peran pemimpin disini sangat diperlukan sebagai suri
tauladan bagaimana implementasi dari budaya perusahaan tersebut.
2. Ciptakan suasana peduli mutu di setiap unit kerja
Ketika
para pemimpin sudah berkomitmen untuk melakukan manajemen mutu maka ciptakan
atmosfer peduli mutu disetiap jenjang karyawan. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara tiap atasan mulai merangkul terlebih dahulu karyawan yang dirasa paling
bisa dipengaruhi. Kemudian bergerak ke karyawan berikutnya dengan dibantu
karyawan sebelumnya. Langkah ini akan menciptakan multiplier effect sehingga memudahkan menciptakan suasana peduli
mutu pada setiap unit kerja.
3. Buat sistem reward dan punishment terkait mutu
Untuk
menegaskan manuver perusahaan tersebut maka harus diciptakan suatu sistem yang komprehensif
untuk dapat menunjukkan bahwa perusahaan tidak main-main dalam melakukan
langkahnya. Sistem ini diharapkan dapat memberikan reward yang nyata bagi
karyawan yang peduli dengan mutu serta punishment yang jelas bila tidak
mengikuti aturan. Tentunya hal ini juga perlu mempertimbangkan aspek-aspek dari
sudut pandang karyawan dan tidak semena-mena.
4. Buat media publikasi menarik tentang kenapa karyawan
harus peduli dengan mutu
Bukannya
karyawan tidak peduli terhadap mutu tetapi mereka tidak tahu kenapa harus
peduli dengan mutu. Merasa bahwa dengan bekerja seperti biasa maka perusahaan
akan tetap berjaya seperti seharusnya. Padahal melihat kondisi kompetisi yang
semakin sengit saat ini maka para karyawan perlu dibangunkan dengan cara
diberikan informasi terkait sebab akibat apabila tidak melakukan peningkatan
kesadaran tentang mutu. Media tersebut bisa melalui film pendek, wayang,
ludruk, atau blasting artikel melalui email.
5. Mulai laksanakan sistem manajemen mutu dari yang
sederhana
Maka tiba
saatnya untuk pelaksanaan sistem manajemen mutu dengan sungguh-sungguh dimulai dari
yang sederhana. Misalkan dengan penerapan 5R dimasing-masing unit kerja
disertakan dengan evaluasi yang rutin. Ketika mulai terlihat adanya perubahan
yang lebih baik maka karyawan akan termotivasi untuk melakukan sistem yang
lebih kompleks dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Negara-negara maju diakui karena produk buatan mereka yang unggul.
Mengutip quote dari Thurneysen Simanjuntak sebagai pemenang kategori best
quotes IMAJINESIA 2 – Inspirasi Indonesia bahwa “Kualitas Produk adalah Cermin
Keunggulan Bangsa”. Maka mari kita tunjukkan bahwa bangsa kita juga unggul melalui
pengabdian kita diperusahaan masing-masing yang ditunjukkan dari kualitas produk yang
kita hasilkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar